BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Umum Limbah Cair
Dalam melakukan aktifitas sehari-hari akan
menghasilkan buangan atau disebut juga dengan limbah sebagai hasil sampingan
yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Buangan ini dapat berupa buangan dalam bentuk
cair (limbah cair) ataupun dalam bentuk padatan (limbah padat). Besarnya volume
limbah cair dapat ditentukan dari pemakaian air oleh manusia seetelah digunakan
untuk berbagai keperluan maupun kegiatan.
Air buangan/limbah cair dapat didefinisikan
sebagai kumpulan cairan atau air yang mengandung kotoran sebagai buangan yang
berasal dari perumahan penduduk, perkantoran, tempat rekreasi, dan berbagai
kegiatan industri.
Jika air buangan tersebut tidak diolah dan
dibiarkan terkumpul, penguraian zat-zat organik
yang terdapat pada limbah dapat menghasilkan sejumlah besar gas beracun. Air
buangan yang tidak diolah biasanya mengandung mikroorganisme- mikroorganisme
phatogenik yang dapat membahayankan kesehatan manusia. Air buangan ini biasanya
juga mengandung nutrisi yang akan menyebabkan tumbuh dan berkembangnya sejenis
tumbuhan air tertentu dan dapat menutupi permukaan dari badan penerima air,
seperti sungai, danau, dan sebagainya, sehingga akibatnya sinar matahari dan
udara tidak dapat menembus kedalam badan air tersebut.
1.
Klasifikasi Limbah Cair
Limbah cair yang merupakan air
buangan yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia dapat dibagi atas dua
golongan, yaitu :
a. Air
limbah domestik, adalah limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan manusia
secara langsung, seperti : kegiatan rumah tangga, rumah sakit, perkantoran, dan
lain-lain.
b. Air
limbah non domestik, adalah air limbah yang dihasilkan oleh manusia secara
tidak langsung seperti : kegiatan industri, pertambangan, dan lain-lain.
2.
Karakteristik Limbah Cair
Limbah cair mengakibatkan badan
penerima air menjadi kotor dan bahan-bahan yang terkandung dapat membahayakan
kondisi lingkungan. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam limbah bila melebihi
batas yang ditentukan dapat mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Teknik pengolahan limbah cair
berbeda-beda tergantung pada bahan pencemar yang terkandung pada limbah atau
disebut juga karakteristik limbah cair. Karakteristik air limbah cair dapat
diketahui menurut sifat-sifat dan karaktersitik fisika, kimia dan biologis. Dalam
menentukan karakteristik limbah cair, ada tiga (3) sifat yang harus diketahui,
yaitu :
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri dari
beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Merupakan pad33atan di dalam air yang
terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau
tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering
lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikron.
Total Suspended Solid atau Padatan
tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan
tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen.
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna,
tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah
berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman. Warna dalam air disebabkan adanya
ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman air dan
buangan industri.Warna air dibedakan atas dua macam, yaitu :
·
Warna sejati (true collor) yang
diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut.
·
Warna semu (apparent collor) yang selain
disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, juga karena bahan-bahan tersuspensi,
termasuk diantaranya yang bersifat koloid.
d.
Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat
tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik yang mengapung dan
terurai dalam air. Kekeruhan menunjukan sifat optis air, yang mengakibatkan
pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya dalam air.
e.
Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting
dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air
dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari-hari. Naiknya suhu atau
temperatur air akan menimbulkan akibat berikut :
·
Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam
air.
·
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
·
Mengganggu kehidupan organisme air.
f.
Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan
pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Sifat bau
limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam limbah dan
mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman
tidak enak. Hal ini disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen, sulfur dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Pengendalian
bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
g. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari air
sering dimasukan ke dalam kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di
atas permukaan air. Minyak dan lemak merupakan bahan organis bersifat tetap dan
sukar diuraikan oleh bakteri. Karena
berat jenisnya lebih kecil dari pada air maka minyak tersebut membentuk lapisan
tipis di permukaan air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya
oksigen masuk ke dalam air.
2. Karateristik Kimia
a.
Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan
buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang
sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi,
yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut didalam air, maka
berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. BOD
dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima
hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 200C.
Hasilnya dinyatakan dengan ppm.
b.
Chemical Oxygen Demand (COD)
COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen
dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang
ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/liter.(Alaerts
dan Santika, 1984). Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain
pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan
kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah
bahan-bahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam laboratorium, pengukuran
COD dilakukan sesaat dengan membuat pengoksidasi K2Cr2O7
yang digunakan sebagi sumber oksigen.
c.
Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah kadar oksigen terlarut yang
dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat
tergantung pada temperatur dan salinitas. Keadaan DO berlawanan dengan keadaan
BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah DO. Keadaan DO dalam air dapat
menunjukan tanda-tanda kehidupan organisme dalam perairan. Angka DO yang tinggi
menunjukan keadaan air yang semakin baik.
d.
Derajat keasaman (pH)
Keasaman air diukur dengan pH
meter.Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi- rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH dapat mempengaruhi
kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air 6 – 8.
e. Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai
komponan anorganik, diantaranya berbagai jenis logam berat yang berbahaya.
Logam berat bila konsentrasinya berlebih
dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang
mengandung logam berat. Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan, yang terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As),
Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut
diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal
dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.
3. Karakteristik
Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk
mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air
bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang
terkandung dalam air limbah dan derajat tingkat pencemaran yang diakibatkan air
buangan yang mengandung zat-zat organik dapat ditunjukkan dengan parameter CDO
dan BOD. Air limbah yang mengandung zzat organik tinggi maka nilai COD dan BOD
juga tinggi.
C. Senyawa Organik
Beribu-ribu bahan organik, baik bahan alami
maupun sintetis, masuk ke dalam badan air sebagai hasi dari aktivitas manusia.
Penyusun utama bahan organik biasanya berupa polisakarida (karbohidrat),
polipeptida(protein), lemak(fats), dan asam nukleat(nucleid acid). Setiap bahan
organik memiliki karakteristik fisika, kimia, dan toksitas yang berbeda. Namun,
pemantauan setiap jenis bahan organik merupakan suatu hal yang sulit dilakukan.
Salah satu contoh komposisi dan persentase komponen penyusun limbah bahan
organik ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel
2.1 Komposisi limbah Organik
No
|
Jenis Bahan Organik
|
Persentase (%)
|
1
|
Lemak
|
30
|
2
|
Protein
|
25
|
3
|
Abu
|
21
|
4
|
Asam
amino, kanji (Starch)
|
8
|
5
|
Lignin
|
6
|
6
|
Selulosa
|
4
|
7
|
Hemiselulosa
|
3
|
8
|
Alkohol
|
3
|
Sumber: Hefni
Effendi,2003
Selain jenis-jenis bahan organik tersebut,
limbah organik juga mengandung bahan-bahan organik sintetis yang toksik.
Beberpa contoh bahan organik yang bersifat toksikterhadap organisme akuatik
adalah minyak, fenol, pestisida, surfaktan, dan polychlorinated biphenyl (PCBs). Berbeda dengan limbah organik
alami yang relatif mudah diuraikan secara biologis, senyawa organik sintetis
pada umumnya tidak dapat diuraikan secara biologis (non biodegradable). Senyawa
organik sintetis juga bersifat persisten atau bertahan dalam waktu yang lama
didalam badan air serta bersifat kumulatif.
Sumber limbah organik di perairan adalah
limbah domestik (rumah tangga dan perkotaan). Komposisi bahan organik dalam
limbah domestik ditunjukkan dalam Gambar 2.1, sedangkan klasifikasi tingkat
pencemaran dari limbah domestik ditunjukkan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Pencemran
dari Limbah Domestik Berdasarkan Beberapa Parameter Kualitas Air
No
|
Parameter
|
Tingkat Pencemaran (mg/liter)
|
||
Berat
|
Sedang
|
Ringan
|
||
1
|
Padatan
total
|
1000
|
500
|
200
|
pa2
|
Bahan
padatan terendapkan
|
12
|
8
|
4
|
3
|
BOD
|
300
|
200
|
100
|
4
|
COD
|
800
|
600
|
400
|
5
|
Nitrogen
total
|
85
|
50
|
25
|
6
|
Amonia-nitrogen
|
30
|
30
|
15
|
7
|
Klorida
|
175
|
100
|
15
|
8
|
Alkalinitas
|
200
|
100
|
50
|
9
|
Minyak
dan lemak
|
40
|
20
|
0
|
Sumber: Hefni Effendi,2003
C. Pengolahan Limbah Cair Secara
Umum
Pengolahan limbah cair/air buangan
bertujuan untuk mengurangi kadar zat-zat pencemar yang terdapat di dalam air
buangan sehingga dapat dibuang ke badan penerima air tanpa menimbulkan efek
samping terhadap lingkungan. Air limbah ini umumnya
dibuang melalui saluran/got menuju sungai ataupun laut. Terkadang dalam
perjalannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber air bersih yang
dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat
perhatian serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah
juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan. Berikut
ini adalah kegiatan yang biasanya digunakan pada pengolahan air limbah yang
dibagi dalan suatu tingkatan, yaitu :
1. Pengolahan
awal (Pretreatment)
2.
Pengolahan kedua (Secondary treatment)
3.
Pengolahan ketiga (Tertiary treatment)
4.
Pengolahan kuman (desinfection)
5. Pembuangan
akhir (sludge disposal)
1. Pengolahan awal (Pretreatment)
Pengolahan awal
mencakup secara fisika dan kimia meliputi :
a.
Penyaringan/pembuangan benda-benda kasar seperti ranting-ranting kayu,
endapan-endapan bergumpal atau plastik-plastik, karet dan lain sebagainya
dengan menggunakan cara mekanik seperti scabber (penyaringan kasar)
b.
Pengapungan, tujuannya adalah untuk menaikkan partikel-partikel yang bersifat
seperti minyak sehingga terapung. Caranya dapat dipergunakan dengan memasukkan
gelembung-gelembung udara (aerasi) ke dalam air limbah sehingga emulsi minyak
pecah dan minyak tersebut akan terapung ke permukaan.
c.
Flokulasi, yaitu untuk mengendapkan padatan-padatan berupa suspensi dengan
menambahkan koagulan seperti Alum, Tawas, Ferro sulfat, Poly Aluminium Clorida,
Kapur dan sebagainya. Pada zat warna ataupun bau dapat dihilangkan mengendap
bersama koagulan sehingga air limbah menjadi jernih. Pada Proses ini nilai BOD
dan COD dapat turun menjadi lebih rendah dari semula.
d.
Sedimentasi, dimaksudkan untuk mengendapkan padatan/zat yag masih terapung
setelah proses flokulasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan endapan
secara perlahan-lahan melalui beberapa bak sehngga endapan itu akhirnya akan
mengendap ke dasar bak.
e.
Netralisasi, air buangan kadang-kadang bersifat terlalu asam atau terlalu basa,
untuk itu perlu dinetralkan sebelum air buangan tersebut dibuang. Penetralan
ini dilakukan dengan menambahkan bahan kimia yang bersifat asam atau basa,
tergantung pada kondisi air limbah yang akan dibuang. Netralisasi yang terkait
dengan proses pengolahan air buangan range pH-nya berkisar 6-8.
2.
Pengolahan kedua (Secondary treatment)
Air
buangan setelah melalui tahap pertama mungkin masih mengandung sejumlah zat-zat
organik yang terlarut seperti protein, karbohidrat, lemak yang dapat dilihat
dari harga BOD dan COD yang masih tinggi diatas 100 zat-zat organik dapat
dihilangkan dengan cara biodegradasi yaitu dengan menggunakan sejenis bakteri
tertentu yang dapat menguraikan/mengoksidasi zat-zat organik tersebut. Cara
biodegradasi itu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a) Dengan
cara aerob yaitu dengan penambahan udara.
b) Dengan
cara anaerob yaitu tanpa adanya udara.
Jenis
bakteri yang digunakan yang terkandung dalam air limbah dapat diperoleh
dipasaran maupun diambil dari lumpur aktif sekitar pengolahan. Lamanya proses
biodegradasi ini tergantung kepada harga BOD dari limbah tersebut.
3.
Pengolahan ketiga (Tertiary treatment)
Pengolahan yang ketiga ini merupakan
kelanjutan dari pengolahan sebelumnya. Pengolahan ini akan dilanjutkan apabila
air limbah hasil olahan sebelumnya masih banyak mengandung pencemar yang masih
berbahaya bagi lingkungan hidup. Pengolahan ketiga merupakan pengolahan secara
khusus sesuai dengan kandungan zat yang terdapat dalam air limbah, biasanya
dilaksanakan pada industri yang menghasilkan air limbah yang khusus.
4.
Pengolahan kuman (desinfection)
Pembunuhan kumuan bertujuan untuk mengurangi
atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam limbah cair. Mekanisme
pembunuhan kuman sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuh dari
mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk klorin dan
komponennya mematikan bakteri dengan merusak dinding sel. Mekanisme lain dari
desinfeksi adalah dengan merusak langsung dinding sel seperti yang dilakukan
apabila menggunakan bahan radiasi ataupun panas.
5.
Pembuangan akhir (sludge disposal)
Setelah dilakukannya perlakuan pengolahan
akan dihasilkan endapan lumpur yang berasal dari lumpur yang tidak produktif
lagi. Lumpur ini untuk selanjutnya dikeringkan pada suatu kolam pengeringan dan
kemudian akan dibuang atau dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi
lahan pertanian dan perkebunan.
D. Peranan Zeolit Alam Dan Karbon Aktif Dalam
Pengolahan Air Limbah/Limbah cair
A. Zeolit
Zeolit (Zeinlithos) atau berarti juga batuan
mendidih, umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang berstruktur
tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan
rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali
tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul
zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O.
Struktur zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar
strukturnya terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian
menjadi unti bangun skunder polihedral dan membentuk polihendra dan akhirnya
unit struktur zeolit.
a. Kegunaan Zeolit
Zeolit berasal dari kata Zein yang
berarti mendidih dan Litos yang berarti batuan. Dengan demikian Zeolit dapat
diartikan sebagai batuan yangh bersifat mendidih dan mengembang bila dipanaskan.
Struktur zeolit adalah terbuka dan mengandung rongga-rongga yang diisi oleh
ion-ion dan molekul air. Rongga-rongga
dapat saling berhubungan dan membentuk sistem kesegala arah.
Zeolit merupakan mineral yang terdiri
dari kristal alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau
alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi. Ion-ion logam tersebut dapat diganti
oleh aktion lain tanpa merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara
reversible.
b. Proses Pembentukan
Zeolit
Menurut proses pembentukannya zeolit
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
1)
Zeolit Alam
Di alam banyak dijumpai zeolit dalam
lubang-lubang lava, dan dalam batuan piroklasik berbutir halus (tuf).
Berdasarkan proses pembentukannya zeolit alam dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Zeolit yang terdapat di antara
celah-celah atau di antara lapisan batuan. Zeolit jenis ini biasanya terdiri
dari beberapa jenis mineral zeolit bersama-sama dengan mineral lain, seperti
kalsit, kwarsa, renit, klorit, flourit, mineral sulfide dan lain-lain.
b.
Zeolit yang berupa batuan
Zeolit
ini dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh) kelompok, yaitu :
·
Mineral zeolit yang terbentuk dari
gunung api di danau asin yang tertutup.
·
Mineral zeolit yang terbentuk dari dalam
danau air tawar atau di dalam lingkungan air tanah terbuka.
·
Mineral
zeolit yang terbentuk dilingkungan laut.
·
Mineral zeolit yang terbentuk karena
proses memamorphose berderajat rendah, karena pengaruh timbunan.
·
Mineral zeolit yang terbentuk oleh
aktivitas hidrotermal atau air panas.
·
Mineral zeolit yang terbentuk dari
gunung api di dalam tanah yang bersifat
alkali.
·
Mineral zeolit yang terbentuk dari
batuan atau mineralisasi yang tidak menunjukkan bukti adanya hubungan langsung
dengan kegiatan vilkanis.
2.
Zeolit Sintetis
Susunan atom maupun komposisi zeolit
dapat dimodifikasi, maka dapat dibuat zeolit sintetis yang mempunyai sifat
khusus sesuai dengan keperluannya. Sifat zeolit sangat tergantung dari jumlah
komponen Al dan Si dari zeolit tersebut. Oleh karena itu zeolit sintesis
dikelompokkan sesuai dengan perbandingan kadar komponen Al dan Si dalam zeolit
menjadi zeolit kadar Si rendah, zeolit kadar Si sedang dan zeolit kadar Si
tinggi.
B. Karbon Aktif
Pada abad XV, diketahui bahwa
karbon aktif dapat dihasilkan melalui komposisi kayu dan dapat digunakan
sebagai adsorben warna dari larutan. Aplikasi komersial, baru dikembangkan pada
tahun 1974 yaitu pada industri gula sebagai pemucat, dan menjadi sangat terkenal
karena kemampuannya menyerap uap gas beracun yang digunakan pada Perang Dunia
I.
Karbon aktif merupakan senyawa karbon,
yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang
yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih
luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram
dan ini berhubungan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Karbon aktif berwarna hitam,
tidak berbau, tidak berasa, dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan karbon yang belum menjalani proses aktivasi, serta
mempunyai permukaan yang luas, yaitu antara 300-2000 m2/gram.
Karbon aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu
karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus,
diameter pori mencapai 1000A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi
untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabakan warna dan bau yang tidak
diharapkan, membebaskan pelarut dari zar-zat pengganggu dan kegunaan lain.
Diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan
baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Karbon
aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat
keras diameter pori berkisar antara 10-200A0, tipe pori lebih halus,
digunakan dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis,
pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata
atau bahan baku yang mempunyai struktur keras.
Menurut Standar Industri Indonesia (SII
No. 0258-79) persyaratan arang aktif adalah sebagai berikut :
Tabel
2.3 Syarat mutu arang aktif
No
|
Jenis Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Bagian yang hilang pada 950oC
|
%
|
Maksimum 15
|
2
|
Air
|
%
|
Maksimum 10
|
3
|
Abu
|
%
|
Maksimum 2,5
|
4
|
Bagian yang tidak menjadi arang
|
%
|
Tidak ada
|
5
|
Daya serap terhadap larutan I2
|
%
|
Maksimum 20
|
(Warintek.2007.http//www.warintek.actived-carbon.net)
Kegunaan Karbon Aktif
Karbon
aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas, penyerap logam,
menghilangkan polutan micro misalnyta zat organic, detergen, bau, senyawa
phenol dan lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi proses
adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan oleh permukaan
arang aktif. Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh atau sudah tidak
mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi,
sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Tabel
2.4 Penggunaan karbon aktif
No
|
Untuk Zat Cair
|
Kegunaan
|
1
|
Industri
obat dan makanan
|
Menyaring
dan menghilangkan warna, bau, rasa yang tidak enak pada makanan
|
2
|
Minuman
ringan
|
Menghilangkan
warna, bau pada arak/minuman keras dan minuman ringan
|
3
|
Kimia
perminyakan
|
Penyulingan
bahan mentah, zat perantara
|
4
|
Pembersih
air
|
Menyaring/menghilangkan
bau, warna, zat pencemar dalam air, sebagai pelindung dan penukar resin dalam
alat/penyulingan air
|
5
|
Pembersih
air buangan
|
Mengatur
dan membersihkan air buangan dan pencemar, warna, bau, logam berat
|
6
|
Penambak
udang dan benur
|
Pemurnian,
menghilangkan bau dan warna
|
7
|
Pelarut
yang digunakan kembali
|
Penarikan
kembali berbagai pekarut, sisa metanol, etil acetat dan lain-lain
|
(warintek.2007.http://www.warintek.actived-carbon.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar